Kamis, 25 Juni 2020

Ijinkanlah


Kusangka t’lah kutemukan kedamaian
Kusangka t’lah kutemukan bahagia
Kucari di dalam dunia
Namun aku kecewa

Kupikir mreka kan mengerti hatiku
Manusia takkan mampu menyelaminya
Hanya Kau Tuhan yang mengerti isi hatiku
Dan isi jiwaku

Ijinkanlah
Kukembali pulang
Dalam pelukanMu kuberlabuh
Biarkanlah kubersimpuh
Dengan beribu sesal dengan berjuta harap
Dengan segenap rindu
Dihatiku.

PUP - 25 Jun 2020

Sabtu, 06 Juni 2020

Mana nih Jakarta Fair

DUH,
GA FAIR INI NAMANYA!!!
Mana Jakarta Fair yang ditunggu-tunggu dari tahun lalu?

HU..HU..HU

Gara-gara corona semua harus dipukul mundur.
Hampir semua sektor usaha mengalami penurunan drastis,
Kecuali provider internet, e-commerce dan jasa ekspedisi.

List:
Celana Jeans Baru
Tas Kerja Baru
Sepatu Kio yang baru
Baju centil buat anak 3 tahunan

Semua list diatas harus dicoret dan dikubur dalam-dalam karena Jakarta Fair ditiadakan atau diundur sampai akhir tahun.
THR dipotong, Gaji pun dipotong, syukur-syukur ga di CUT dan PHK.

CORONA cepatlah kau pergi!!!

Selasa, 02 Juni 2020

Pengalaman Rapid Test dan SWAB PCR

Halo Halo...
Gimana kabarnya?
Semoga selalu dalam keadaan sehat apalagi di masa wabah pandemi covid begini.

Sampai saat mamak nulis postingan ini, yang mamak pikirkan adalah Dahsyat banget Tuhan saat memberikan wabah yang langsung melumpuhkan hampir seluruh perekonomian dunia.

2020 memang tahun dengan angka cantik, tapi kejadian di tahun ini benar-benar ga tanggung-tanggung jeleknya.
Diawali dengan bencana di segala tempat termasuk banjir Indonesia dan kebakaran hutan di Ausi, kemudian ditambah dengan kematian banyak orang-orang terkenal, dan sekarang kita sedang dilanda pandemi yang menyebabkan banyak kematian serta kerugian di perusahaan-perusahaan besar yang sudah beroperasi puluhan tahun lamanya.
Hanya dalam hitungan bulan, perusahaan yang udah dirintis puluhan tahun bisa tumbang.

Sudah sepantasnya memang kita sebagai manusia yang lemah berpaling kepada Sang Pencipta. Betapa sombongnya kita ingin berkuasa di bumi yang sebenarnya bukan milik kita.

Tapi boro-boro bertobat, yang namanya manusia dengan kedagingan yang lemah apalagi di Indonesia dengan tingkat kejugulan masyarakat yang lebih tinggi, pandemi begini ga pernah dianggap serius.
Dianggap seriusnya nanti kalo dia ato keluarganya ada yang kena Covid, baru deh menyesal.

Gimana mamak selama pandemi covid?
Mamak ini orangnya emang parnoan, ya namanya mamak-mamak lah ya, wajarnya itu. Ayo ngaku mamak mana yang ga parnoan?
Sejak ditetapkan PSBB di daerah Jakarta, kantor mamak menetapkan WFH dari akhir Maret kemarin. Sebagai masyarakat Indonesia yang taat aturan (read: PARNO), mamak sama sekali ga keluar rumah. Keluar sebentar belanja di minimarket abis itu langsung cuci tangan dan pakai handsanitizer sampai berkali-kali. Hahahha.

Namun sudah sesecure itu juga, ternyata mamak tetap ditegur sama Tuhan supaya ga boleh begitu aja menggantungkan hidup sama handsanitizer, masker dan sabun cuci tangan.

.........................

Jadi ceritanya bulan Mei kantor mamak mengadakan rapid test massal untuk seluruh pegawai kantor. Sebelum rapid test sempat kepikiran gimana kalo ternyata mamak beneran kena si corona ya? cuma pikiran itu ditepis jauh2. Tapi tetep aja malam sebelum rapid test ga bisa tidur sama sekali. Penyakitnya cuma 1, PARNO.

Rapid test pertama mamak di kantor, diantar oleh Papa Kiona karena katanya rapid test itu hasilnya langsung keluar, jadi papa Kiona berencana nunggu di parkiran kantor.

Kami datang paling pagi supaya bisa tetap beraktivitas siangnya. Mamak dapet antrian ke-2 hari itu, dan ga dibutuhkan waktu lama untuk mulai rapid test. Petugas yang melakukan rapid test dengan sigap menyiapkan peralatan begitu liat peserta test mulai berdatangan.
Setelah orang pertama selesai diambil sample darahnya, akhirnya tiba giliran mamak. Mamak maju dengan hati dag dig dug juga. Alat yang digunakan sangat simple, cuma jarum untuk melakukan pengambilan darah dan alat rapid yang bentuknya seperti test-pack buat kehamilan.
Setelah darah didapatkan, maka darah diletakkan di alat rapid tersebut dan ditunggu beberapa saat supaya kelihatan garis 1 atau garis 2.
Sama seperti test kehamilan, garis 1 berarti negatif dan garis 2 berarti tidak negatif (reaktif). Bukan positif sebutannya, tapi reaktif.
Kenapa disebut reaktif? Jadi saat tubuh manusia mendapat paparan virus atau bakteri, antibodi di dalam tubuh otomatis diproduski lebih banyak guna meghancurkan virus atau bakteri tersebut. 
Nah rapid test itu hanya terbatas kepada peningkatan antibodi di dalam tubuh. Ketika orang yang di rapid test sedang mengalami sakit, otomatis antibodinya akan terdeteksi meningkat, sehingga hasilnya pasti akan rekatif. Makanya rapid test tidak 100% terbukti menunjukkan orang tersebut terkena corona atau tidak. 
Dan jeng jeng jeng jeng..... hari itu mamak mendapatkan hasil reaktif.
:'(
Jeder, kayak disamber petir siang bolong rasanya.
Mamak langsung tanya-tanya ke dokter yang ambil darah mamak tadi.

Dokternya cukup menenangkan karena katanya rapid test ini ga 100% akurat.
Orang-orang yang reaktif seperti mamak harus dilakukan test lanjutan yaitu SWAB/PCR untuk mengetahui lebih pasti lagi apakah mamak terpapar virus corona atau tidak. 

Mamak ga langsung SWAB karena jadwal yang ikut test SWAB tenyata ga sedikit juga, akhirnya mamak dapat jadwal SWAB dua hari setelah rapid test di puskesmas dekat kantor.

Hari dimana mamak dijadwalkan SWAB mamak berdoa khusus sama papa Kiona biar yang kami takutkan tidak terjadi pada kami. Seperti biasa hari dimana test berlangsung, kami datang ke puskesmas sesuai jadwal dan jam yang ditentukan. 
Puskesmas sepi dan sepertinya cuma mamak yang test hari itu, karena memang itu adalah hari kejepit sebelum libur Lebaran. 
Sebelum test, mamak agak diintrogasi dulu sama petugasnya, kemudian baru dilakukan SWAB. Petugas yang melakukan SWAB mamak berpakaian APD lengkap. SWAB dlakukan dengan mengambil lendir di tenggorokan melalui mulut dan hidung. Sebentar banget, malah lebih cepat dari rapid test.
Alat SWAB/PCRnya seperti cottonbud, cuma tangkainya panjang banget. Alat itu yang nanti dimasukkan ke dalam mulut untuk mengambil lendir di atas langit2 mulut antara tenggorokan dan dari hidung yang menyambung langsung dengan tenggorokan.
Saat dilakukan test SWAB/PCR, yang mamak rasakan sangat ga nyaman apalagi saat di bagian hidung. Sampai setengah jam setelah SWAB mamak masi berasa ada yang nyangkut di hidung mamak. Hahahahha.
Beda dengan rapid test, SWAB ini membutuhkan waktu lebih lama untuk pengecekannya, apalagi apabila puskesmas/RS tersebut tidak punya alat untuk menganalisis mandiri, mau ga mau harus setor ke RS yang melakukan analisa SWAB.
Mamak kemarin keluar hasil SWAB setelah 5 hari.

Pas menunggu keluarnya hasil test SWAB mamak luar biasa dag-dig-dug. Pertama sebenarnya mamak ga yakin juga kalo mamak kemungkinan corona karena mamak ga pernah keluar rumah. Tapi yang membuat mamak bimbang adalah orang rumah rata-rata masih sering keluar rumah, jadi kemungkinan tertular masih ada. Kedua, saat rapid test mamak memang sedang tidak enak badan, walau ga sakit-sakit amat, jadi mamak bener2 parno jangan2 memang kena corona entah darimana.

Puji Tuhan hasilnya mamak Negatif COVID-19

Jadi mamak bisa ambil kesimpulan:
PARNO itu adalah hal yang ga baik ternyata

Intinya pola hidup sehat emang wajib diterapkan disaat-saat sekarang ini.
Kemana-mana wajib pakai masker karena corona sudah airbond.
Banyak minum vitamin, air putih hangat dan rajin berjemur sinar matahari pagi.
Dan harus banyak berdoa agar obat dan vaksin covid ini segera ditemukan sehingga wabah ini tidak lagi jadi pandemi dan segera berakhir.

Semoga kita juga selalu bisa menggantungkan hidup kita ke Sang Pemilik Hidup.
Dan semoga pandemi ini mengajarkan kita kalau apapun yang dilakukan manusia pada akhirnya sia-sia dan hanya Tuhan yang menjadi tempat kita kembali.